Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

MENANGKARKAN BURUNG DERKUKU



Populasi burung derkuku di habitat aslinya semakin hari semakin berkurang. Selain perburuan dan penangkapan yang masih berlangsung, polusi air juga menjadi salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab menipisnya populasi burung derkuku di alam bebas.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban kita untuk turut serta melestarikannya. Upaya pelestarian ini bisa dengan cara penangkaran. Usaha penangkaran burung ini akan menjadikan penggemar tidak hanya sebagai pecinta semata, tetapi juga sebagai pelestari yang dapat mengembangbiakkan burung derkuku yang berkualitas unggul.
Penangkaran derkuku yang akan dikemukakan di bawah ini ditujukan untuk menghasilkan burung derkuku dengan kualitas suara anggung yang baik yang layak untuk mengikuti lomba. Berdasarkan induk maupun anak yang dihasilkan, penangkaran burung derkuku ada dua macam, yaitu penangkaran derkuku asli dan penangkaran rekayasa.
Pada penangkaran derkuku asli, induk jantan maupun betina merupakan burung derkuku yang 100% masih asli. Hasil perkawinannya sudah barang tentu berupa derkuku yang asli pula.
Induk yang dikawinkan, jantan maupun betina, harus dipilih derkuku asli yang memiliki suara anggung yang baik dan bermental kuat. Dengan induk seperti ini, diharapkan anak-anak yang dihasilkan akan mewarisi sifat-sifat suara dan mental yang baik dari induknya.
Akan tetapi, perlu diingat! Penangkaran derkuku asli ini hanya sekadar untuk pemenuhan hobi dan kelangenan saja. Untuk rnenghasilkan derkuku kualitas lomba, sangat kecil kemungkinannya. Untuk tujuan lomba, belum ada jalan lain kecuali dengan penangkaran rekayasa.
Penangkaran rekayasa ditujukan untuk menghasilkan burung derkuku berkualitas suara anggung yang baik dan memenuhi persyaratan lomba. Di samping itu, juga sebagai kelangenan dan pemenuhan kebutuhan hobi dan menambah pendapatan. Berikut ini akan dikemukakan penangkaran rekayasa burung derkuku untuk memperoleh kualitas suara anggung yang baik.
A. Pemilihan bibit
Sebelum memilih bibit atau indukan yang baik untuk diternakkan, terlebih dahulu perlu diperhatikan Skema Penangkaran Rekayasa pada halaman 18.
Dari skema tersebut dapat dijelaskan bahwa setelah didapat burung sinom dari cuhu betina dengan derkuku jantan, yang lebih cepat dapat mencapai burung derkuku berkualitas suara baik apabila indukan dipilih dari burung derkuku asli.
Pada keturunan ketiga (F3) untuk anakan jantan sudah bersuara derkuku dengan kualitas baik dan siap untuk lomba. Namun, bila dari sinom jantan dengan derkuku asli betina, suara burung derkuku yang berkualitas baik baru akan tercapai pada keturunan keempat (F4) atau kelima (F5).
Pemilihan bibit sebaiknya diawali saat membuat burung bastar (cuhu). Untuk betina, dipilih burung puter pelung yang bersuara panjang, sedangkan pejantannya berupa derkuku asli yang bersuara keras dan besar.
Derkuku jantan dan betina secara fisik sulit dibedakan. Untuk membedakannya, dapat dilakukan dengan melihat perilakunya. Derkuku jantan akan mengeluarkan suara mbekur — “Kukuur… kukuur… kukuur… ” dan seterusnya— sambil mengangguk-anggukkan kepala jika didekatkan dengan derkuku betina atau derkuku lain. Puter jantan juga berperilaku seperti ini.
Selain dengan mengamati perilaku, jenis kelamin derkuku dapat dibedakan dengan meraba sumpit (tulang di atas kloaka). Jika suinpitnya nipat, berarti jantan. Jika sumpitnya renggang, herarti betina.
B. Cara menjodohkan
Untuk mempercepat proses perjodohan, cara-cara berikut ini dapat dilempuh.
1. Pilihlah burung puter pelung betina dan burung derkuku jantan yang dewasa, siap kawin.
2. Mandikan keduanya hingga basah.
3. Kedua burung disatukan dalam sangkar, lalu dijemur di panas matahari dengan diberi makanan dan minuman secukupnya.
4. Setelah bulu burung-burung tersebut kering, keduanya diberi BirdMature kapsul (bisa dilihat di sini untuk mengetahui fungsi dan pemakaiannya) dengan cara disuapkan. Masing-masing diberi satu kapsuL dan dipastikan telah tertelan sampai ke tembolok.
5. Keduanya dimasukan ke dalam sangkar kecil, lalu dikerodong dengan kain atau kertas koran. Dalam sangkar kecil ini disediakan makanan dan minumam untuk dua hari.
6. Biarkan kedua burung berada dalam sangkar tersebut selama dua hari.
7. Pada hari berikutnya sangkar tertutup yang berisi dua burung dijemur di panas matahari selama satu setengah jam.
8. Setelah dijemur selama satu setengah jam, kedua burung dimasukkan ke kandang penangkaran yang telah disiapkan.
9. Dalam waktu tujuh hari burung betina pasti sudah menampakkan tanda-tanda akan bertelur.
C. Kandang penangkaran dan perlengkapannya
Kandang penangkaran adalah kandang yang dimaksudkan untuk menangkarkan burung derkuku. Kandang penangkaran tidak perlu yang spesifik sebab derkuku termasuk burung yang adaptif atau mudah beradaptasi dengan lingkungan kandang yang bagaimanapunjuga. Yang perlu diperhatikan adalah hal-hal seperti berikut ini.
1. Lokasi kandang penangkaran harus bebas dari segala gangguan kebisingan yang dapat mengakibatkan burung stres.
2. Kandang penangkaran harus memperoleh sinar matahari yang cukup.
3. Kandang penangkaran harus senantiasa bersih dan tidak dapat dimasuki oleh binatang-binatang pengganggu seperti tikus dan kucing.
4. Kandang penangkaran tidak perlu terlalu luas. Idealnya berukuran panjang 2 m, lebar 1 m, dan tinggi 1,8 m. Meskipun dcmikian, dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm pun sebenarnya derkuku sudah mau berkembang biak. Bahkan, ada sebagian peternak yang memilih kandang penangkaran berukuran kecil karena anak-anak derkuku dapat lebih jinak.
5. Tersedia tempat atau sarang untuk bertelur dengan baik. Sarang sebaiknya dari daun pinus atau cemara yang kering.
6. Di dalam kandang tersedia makanan dan minuman yang cukup juga perlu disediakan pula grit (tuinbukan kulit kerang) untuk membantu pemenuhan zat kapur bagi burung yang bertelur.
D. Ketika derkuku mulai bertelur, mengeram, dan telurnya menetas
Setelah pasangan derkuku jodoh dan mulai membangun sarang untuk bertelur, kondisi makanan dan minumannya perlu sekali dijaga. Setelah bertelur, biasanya dua butir, burung akan mengeram selama kurang lebih empat belas hari. Setelah itu, telur menetas.
Berdasurkan pengamatan selama ini anak yang dihasilkan lebih banyak jantan semua dan hampir tidak pernah terjadi betina semua.
Dalani hal pengeraman dan pengasuhan piyik (anak burung) beherapa cara berikut ini dapat ditempuh.
1. Telur diambil dan ditetaskan pada pasangan burung puter. Selanjutnya pengasuhan anak derkuku diserahkan kepada pasangan burung puter tersebut sampai piyik tersebut dapat makan sendiri.
2. Telur ditetaskan oleh induk derkuku. Setelah anakan berusia lima hari pengasuhannya diserahkan kepada pasangan burung puter sampai piyik derkuku tersebut dapat makan sendiri dan tidak tergantung pada induknya, kurang lebih berumur satu bulan.
3. Telur dierami sendiri oleh indukan derkuku dan pengasuhan piyik oleh indukan derkuku itu sendiri sampai piyik dapat makan sendiri dan tidak tergantung kepada induknya.
Cara 1 dan 2 ditujukan untuk mempercepat produksi dar| indukan derkuku. Apabila cara 1 dan 2 ini dilaksanakan, dalam jangka waktu kurang lebih empat belas hari induk burung sudah bertelur lagi. Akan tetapi, untuk menjaga kondisi indukan supaya tetap fit dan tidak terjadi over produksi, terutama untuk indukan yang berpotensi menghasilkan keturunan-keturunan yang berkualitas baik, dianjurkan untuk menempuh cara 3.
E. Masa sapih, pembesaran, dan seleksi
Piyik derkuku dapat disapih setelah berumur satu bulan sejak menetas dari telur. Sebaiknya burung-burung yang sudah berumur satu bulan dipisahkan dari kandang penangkaran dan dimasukkan ke dalam kandang umbaran, yaitu kandang yang lebih besar dari kandang penangkaran.
Kandang umbaran berfungsi untuk melatih burung terbang guna menguatkan otot-ototnya. Piyik dibiarkan dalam kandang umbaran sampai berumur 2,5—3 bulan dan sudah mulai tampak bulu kalungnya.
Setelah berumur 2,5—3 bulan, anak derkuku mulai diseleksi jantan dan betinanya. Khusus burung-burung jantan mulai ditempatkan dalam sangkar-sangkar soliter (tunggal). Selanjutnya tinggal dilakukan perawatan dan pemeliharaan sebagaimana mestinya serta diseleksi kualitas suaranya.
Untuk burung-burung yang berkualitas suara bagus, pada umur empat bulan harus sudah mulai digantang pada tiang penggantangan guna melatih burung tersebut untuk berbunyi.
Perlu diingat bahwa burung derkuku yang kualitas suaranya bagus memang sudah bakatnya. Dengan demikian, untuk menghasilkan anak-anak derkuku yang berkualitas, kita hanya dapat berusaha mencari induk-induk yang berkualitas.



BURUNG DERKUKU


DERKUKU DAN KERABATNYA
Burung derkuku termasuk dalam kelompok besar atau famili Columbidae (merpati-merpatian). Keluarga besar merpati-merpatian ini tersebar di wilayah Asia Tenggara sampai Australia. Sampai saat ini, tercatat ada 41 spesies yang menjadi anggotanya dan 18 spesies di antaranya terdapat di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa spesies yang banyak dikenal di Indonesia.
A. Kelompok Ptilinopus (katik-katikan)
Anggota kelompok katik-katikan yang hidup di Indonesia ada sekitar 25 jenis. Burung-burung dari kelompok ini hidup di pohon-pohon rindang dan sangat susah ditangkap, apalagi dijinakkan.
Makanan burung ini berupa biji-bijian kecil. Burung ini biasanya mudah dijumpai di pohon-pohon beringin yang sedang berbuah. Bentuk fisik burung ini hampir sama dengan burung derkuku. Panjang tubuh antara 12—33 cm. Di antara anggota kelompok ini yang banyak dikenal adalah Ptilinopus melanospila (walik kembang).
B. Kelompok Macropygia (uncal-uncalan)
Di Indonesia, anggota kelompok Macropygia dikenal ada enam jenis. Salah satu di antaranya adalah Macropygia unchall (uncal, merpati hutan). Burung yang panjangnya sekitar 40 cm ini sangat liar dan penakut. Makanannya adalah biji-bijian dan buah-buahan hutan. Burung ini hidup di alam bebas secara berpasangan. Merpati hutan membangun sarang secara bersama-sama dan bertelur sebanyak dua butir. Warna dasar bulu badannya cokelat dengan bercak-bercak hitam, pada bagian kepala sampai leher berwarna cokelat polos. Di Indonesia burung merpati hutan banyak terdapat di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali.
C. Kelompok Treron (punai-punaian)
Di Indonesia kelompok Treron lebih kurang beranggotakan 13 jenis. Habitat aslinya adalah hutan dan pohon-pohon yang lebat. Sifatnya sangat liar dan penakut. Memiliki panjang badan antara 20—35 cm. Di alam bebas burung ini biasanya hidup secara berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 7—8 ekor burung. “Vang termasuk anggota dari kelompok ini antara lain Treron capellei (punai besar), Treron bicincta (punai dada oranye), Treron olax (punai kecil),Treron curvirostra (punai paruh tebal), dan Treron griseicauda (punai manten). . :
D. Kelompok Ducula (pergam-pergaman)
Anggota kelompok Ducula tercatat ada 25 jenis yang ada di Indonesia, satu di antaranya adalah Ducula badia(pergam gunung). Burung ini memiliki suara merdu dan dalam serta berkumandang, “Khrooong, khrooong, khrooong. ” Burung pergam berukuran besar. Panjang tubuh lebih kurang 45 cm. Punggungnya berwarna cokelat kemerahan dengan ujung ekor berwarna kelabu.
Makanannya berupa buah-buahan kecil. Jenis lainnya adalah Ducula aenea (pergam hijau), Ducula bicolor (pergam putih), dan Ducula pickeringi (pergam pulau).
KEMBALI KE DAFTAR ISI ARTIKEL
E. Kelompok Caloenas (junai-junaian)
Di Indonesia yang termasuk dalam anggota kelompok Caloenas hanya ada satu jenis, yakni Caloenas micobarica(dara mas). Burung yang rupanya mirip sekali dengan merpati ini hanya terdapat di Pulau Irian.
F. Kelompok Goura (mabruk-mabrukan)
Goura merupakan anggota suku merpati-merpatian yang memiliki ukuran tubuh terbesar. Ukuran panjang badannya 70 cm. Anggota kelompok Goura tercatat ada tiga jenis di Indonesia, yaitu Goura victoria, Goura cristata, dan Goura caronata. Burung-burung ini dikenal dengan sebutan dara mahkota karena di atas kepalanya terdapat bulu yang bentuknya menyerupai kipas.
G. Kelompok Columba (merpati-merpatian)
Dua jenis yang paling dikenal di Indonesia adalah Columba domestica (merpati jinak) dan Columba livia (merpati batu karang). Burung merpati ini sangat cepat berkembang biak dan banyak dipelihara di rumah-rumah penduduk. Dalam perkembangannya merpati jinak ini berkembang menjadi merpati balap, merpati hias, merpati pos, merpati kupu-kupu, dan sebagainya.
H. Kelompok Geopelia (perkutut-perkututan)
Di Indonesia kelompok Geopelia ada tiga jenis, yakni Geopelia striaia (perkutut belang), Geopelia humeralis(perkutut besar), dan (Jt’opt’lia cuneata (perkutut tutul).
Ketiga jenis anggota kelompok Geopelia ini masih dapat dibagi lagi dalam beberapa anak jenis, di antaranyaGeopelia sriata striata (perkutut asli, terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok), Geopelia striata maungeus(perkutut sumba), Geopelia striata papua (perkutut irian), Geopelia humeralis humeralis (perkutut besar australia), dan Geopelia humeralis gregalis (perkutut besar irian).
I. Kelompok Streptopelia (tekukur-tekukuran)
Anggota kelompok Streptopelia yang hidup di Indonesia ada dua jenis: Streptopelia bitorguata (putar) danStreptopelia chinensis (derkuku).
1. Streptopelia bitorquata (putar)
Burung putar (puter Jawa) ukuran panjang badannya sekitar 29 cm. Warna bulunya cokelat muda keabu-abuan. Pada tengkuknya melingkar dua buah kalung berwarna putih di atas dan hitam di bawah. Ada juga burung putar yang warna bulunya putih mulus dengan mata dan kaki berwarna merah. Burung putar seperti ini biasa disebut puter brenggolo.
Jika diubah menjadi tulisan, suara burung putar kira-kira terbaca kuu… geruuu… kook. Burung ini banyak dipelihara di rumah-mmah penduduk sejak dahulu. Sifatnya sangat mudah jinak dan akrab dengan manusia serta sangat mudah dikembangbiakkan dengan cepat. Makanannya berupa biji-bijian, seperti gabah, jagung, jewajut, dan sebagainya.
2. Streptopelia chinensis (derkuku)
Burung derkuku atau tekukur di alam bebas hidup di pohon-pohon di dekat daerah pertanian. Warna bulunya kelabu kecokelatan dan hampir merata di seluruh badannya. Pada bagian sayap terdapat bercak-bercak hitam atau bercorak hitam. Bagian leher sebelah atas dilingkari oleh gelang berwarna hitam bertotol-totol putih. Burung ini biasa mencari makanan berupa biji bijian di tanah-tanah tegalan atau persawahan yang baru selesai dipanen.
Suara burung ini sangat merdu. Pada saat bersuara, burung ini terlihat seperti mengangguk-angguk. Suara yang merdu inilah yang kemudian dilombakan. Dari lomba suara derkuku kemudian dikenal adanya istilah derkuku asli dan derkuku rekayasa.
Burung derkuku dikatakan asli apabila kedua induk, jantan maupun betina, merupakan burung Streptopelia chinensis (burung derkuku murni). Derkuku asli memiliki sifat liar dengan kualitas suara semakin baik seiring dengan bertambahnya umur. Yang dimaksud dengan derkuku rekayasa adalah burung derkuku yang salah satu moyangnya adalah Streptopelia bitorguata (burang puter).
Anakan hasil perkawinan derkuku dan puter ini disebut cuhu. Cuhu dikawinkan lagi dengan burung derkuku asli, anaknya disebut sinom. Sinom dikawinkan lagi dengan derkuku asli, demikian seterusnya. Anak hasil perkawinan silang antara sinom dan derkuku asli inilah yang disebut derkuku rekayasa.

MEMILIH DERKUKU BERKUALITAS
Tidak semua derkuku memiliki kualitas suara bagus. Untuk memilih yang bersuara bagus, ada dua hal yang bisa dijadikan pedoman: berdasarkan katuranggan dan mendengar langsung suara anggungnya. Dua hal inilah yang akan dipaparkan dalam bab ini.
A. Memilih derkuku berdasarkan katuranggan
Katuranggan adalah pengetahuan tentang bentuk tubuh. Ada suatu keyakinan bahwa bentuk kepala, leher, badan, ekor, kaki, paruh, dan sebagainya menggambarkan kualitas suara derkuku yang bersangkutan.
Bagi para penggemar derkuku tempo dulu, katuranggan memegang peranan penting, selain bunyi suara, dalam memilih derkuku bakalan untuk dijadikan derkuku kesayangan. Dengan berpegang pada pengetahuan tentang katuranggan, orang dapat meramalkan prestasi burung derkuku nantinya.
Menurut Romo Pberbosasmito, salah seorang “empu” derkuku dari Kota Gedhe Yogyakarta, ada beberapa bagian tubuh yang bisa diamati untuk menentukan kualitas suara burung derkuku. Di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Bentuk kepala dari samping
Apabila diperhatikan, kepala burung derkuku mempunyai bentuk bermacam-macam seperti berikut ini.
a. Njambe nom
Burung derkuku yang bentuk kepalanya njambe nom (seperti buah jambe atau pinang yang masih muda) pada umumnya mempunyai suara yang baik dan irama lagunya bagus. Bentuk kepala seperti ini diibaratkan seperti kepala Arjuna, kesatria Pandawa dalam kisah Mahabarata. Keindahan suara dan irama lagu derkuku yang berkepala seperti ini dapat bertahan sampai burung berumur tua.
b. Mbeton nangka
Yang dimaksud dengan mbeton nangka adalah bentuk kepala seperti biji buah nangka. Burung derkuku yang mempunyai bentuk kepala mbeton nangka juga mempunyai suara bagus. Hanya saja, kualitas suaranya akan menurun bila sudah tua.
c. Nggobog
Ngoobog berarti bentuk kepala burung derkuku menyerupai bentuk uang logam. Bentuknya nyaris bulat sempurna. Burung dengan bentuk kepala seperti ini pada umur pertengahan, kurang lebih 25 tahun, kualitas suara anggungnya akan mulai menurun.
d. Mbungkul bawang
Burung derkuku yang memiliki bentuk kepala mbungkul bawang (seperti bawang putih) diperkirakan mutu suaranya tidak menentu, kadang baik dan dapat juga melempem tidak ada kemajuan.
e. Nakir kuwalik
Burung derkuku yang bentuk kepalanya nakir kuwalik (takir terbalik) sulit diharapkan suara baiknya. Takir adalah tempat makanan atau sesaji, terbuat dari daun pisang berbentuk segi empat.
2. Bentuk tubuh
Jika diperhatikan, bentuk tubuh burung derkuku juga bermacam-macam, di antaranya sebagai berikut.
a. Nuntut gedhang
Derkuku dengan bentuk tubuh nuntut gedhang (seperti kuncup bunga pisang) biasanya bersuara panjang, terdengarjelas, danbaik.
b. Buah nangka
Derkuku dengan bentuk tubuh seperti buah nangka diperkirakan memiliki suara tengah agak baik.
c. Mbluluk
Derkuku dengan bentuk tubuh mbluluk (seperti buah kelapa yang masih muda) diperkirakan memiliki suara tengah cukup baik. Biasanya suara ujungnya tumpang sari (berujung suara dua kali).
d. Njagung Nglobot
Derkuku dengan bentuk tubuh njagung nglohot (seperti jagung tua yang masih terbungkus kulit) diperkirakan memiliki suara kurang baik.
e. Wungkal gerang
Derkuku dengan bentuk tubuh wungkal gerang (batu pengasah pisau yang telah aus), diperkirakan memiliki suara tidak baik.
3. Bentuk ekor
Berturut-turut dari kiri ke kanan : Bebtuk ekor nyecak atau tokek, ekor linggis, ekor kukusan, ekor medok keris, dan ekor sapu gerang.
Bentuk ekor burung derkuku juga bermacam-macam. Setiap macam diyakini bisa digunakan untuk memperkirakan kemerduan suara.
a. Nyecak atau tokek
Derkuku dengan bentuk ekor nyecak (seperti ekor cecak atau tokek, panjang lurus dan melancip) diperkirakan memiliki suara baik sekali, bersih dan mengkristal. ,
b. Linggis
Derkuku yang bentuk ekornya seperti linggis —panjang, lurus dan, agak tumpul— diperkirakan memiliki suara agak baik.
c. Kukusan
Bentuk ekor burung derkuku seperti kukusan atau kerucut —ujung meruncing, tetapi agak pendek— menandakan burung bersangkutan memiliki suara cukupan.
d. Mendok keris
Derkuku dengan ekor berbentuk pendok keris diperkirakan bersuara kurang baik.
e. Sapu gerang
Burung derkuku yang bentuk ekornya seperti sapu gerang (sapu lidi yang sudah lama dipakai) diperkirakan bersuara jelek sekali, tetapi bunyinya cukup tebal.
Parameter derkuku yang baik, menurut beberapa sumber, berdasarkan katuranggannya seperti tersebut di atas adalah sebagai berikut.
Bentuk kepala njambe nom, paruh sedang (tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek) dan lurus agak mendongak ke atas. Mempunyai leher yang panjang dengan bintik-bintik di lehernya lembut dan banyak sekali.
Tubuh berbentuk seperti tuntut gedhang agak panjang, posisi punggungnya agak membungkuk ke depan. Ekor panjang, lurus, meruncing. Pbmbawaannya tenang dengan sorot mata tajam. Pendek kata, perbandingan tubuhnya ideal atau seimbang.
KEMBALI KE DAFTAR ISI ARTIKEL
B. Memilih derkuku berdasarkan suara anggungnya
Meskipun ada katuranggan, cara yang paling bijaksana dan aman untuk memilih burung derkuku bakalan ataupun yang sudah jadi adalah dengan cara mendengarkan suara anggungannya. Dengan cara mendengarkan anggungan, tidak akan terjadi salah pilih.
Apabila diperhatikan secara seksama, terdapat perbedaan suara anggung antara derkuku satu dengan derkuku yang lain. Hampir tidak ada dua derkuku yang mempunyai suara anggung yang persis sama. Namun demikian, untuk membedakan suara anggung ini, bukan suatu hal yang mudah. Apalagi bagi para penggemar pemula.
Bagi penggemar pemula atau penggemar baru, yang paling mudah adalah membedakan besar kecilnya volume (suara anggung).
Contoh:
Dekki…thiirr…kik : volume suara kecil Dekku…thuurr…kuk : volume suara sedang Degku…kuurr…gukg : volume suara besar
Jika didengar dengan seksama, suara derkuku dapat dipisahkan menjadi tiga: suara depan, suara tengah, dan suara ujung.
1. Suara depan
Suara depan ada bermacam-macam seperti berikut ini.
Dekku, dekik, dekuk, deklak, deki Tekku, dekkii, tekkuk, tekru Cekku, cekkii, cekru Derku, derki, derkii Dreku, drekki, drekkrik Terku, terkuu, terkii Cenggu, denggu, tenggu
Apabila hendak memilih, pilihlah yang suara depannya bersih atau tidak ada r-nya. Ibaratnya gamelan, suaranya utuh(kempel: Jawa), tidak pecah (ngether, Jawa).
2. Suara tengah
Apabila diperhatikan, suara tengah burang derkuku ada beberapa macam seperti berikut ini.
dinamakan tengahnya ngrioong (baik) termasuk kungkrung, ada r-nya tetapi bening termasuk kotor banyak r-nya termasuk agak bersih, masih ada r-nya ngriong, tetapi ada sedikit suara r-nya termasuk panjang dan bersih panjang, membat, dan bersih (baik sekali) panjang dan bersih ( aneh atau langka) panjang, membat, bersih (baik sekali) termasuk baik sekali, iramanya bagus panjangnya sedang dan berirama meliuk (ngukel: Jawa)
Kuuurrr
Theruuu
Theruuung
Kuuuuuuuu
Kiiuuuuuu
Koooooo
Klaaoooo
Kuuuuuuu
Kuuuung
Kenyataannya jenis suara tengah ini masih banyak sekali. Dalam praktek, saat burung derkuku sedang mendendangkan suara anggungnya, bukan hal mudah untuk menentukan termasuk jenis suara tengah yang mana burung derkuku yang sedang manggung tersebut. Diperlukan latihan yang terus-menerus dan sungguh-sungguh untuk bisa menentukan jenis suara tengah dari derkuku yang sedang manggung.
3. Suara ujung
Dengan mendengarkannya secara sungguh-sungguh, kita dapat mengatakan bahwa suara belakang atau suara ujung burung derkuku termasuk istimewa, baik, cukup, sedang, atau kurang. Bahkan, akan ditemukan juga burung derkuku yang tidak memiliki suara ujung. Derkuku seperti ini oleh beberapa kalangan disebut
kol buntet. Namun demikian, ada juga sebagian penggemar derkuku, terutama para penggemar tempo dulu, yang menyukainya. Konon derkuku kol buntet dianggap mempunyai khasiat menjauhkan penyakit dari pemiliknya dan juga menjauhkan penyakit dari binatang piaraan.
Berikut ini beberapa contoh jenis suara ujung burung derkuku yang ditulis secara berurutan dari yang kurang baik sampai yang sangat baik.
Kuk suara ujung pendek
Kuuk suara ujung sedang
Kuuuk suara ujung panjang
Kuuuuuk suara ujung panjang sekali
Kung pendek, sedikit gema
Kuung sedang dan menggema
Kuuuung panjang dan mendengung
Koooooong panjang, bulat, dan menggema
Kaaooongng panjang, membat, dan mendengung panjang
Kuuooongngng panjang, kuwung, temlawung, dan menggema panjang sekali, suaranya bening



 
© 2010-2012 Lek Mar' BLOG